Akulah kebangkitan dan hidup.

Yohanes 11:17-44
Minggu Sengsara 4

Lazarus telah mati selama 4 hari ketika Yesus tiba. Tentu
mayatnya sudah membusuk. Ketika Ia tiba di sana, baik Marta
maupun Maria menyayangkan keterlambatan Yesus (ayat 21,32). Marta
percaya akan kebangkitan orang mati di akhir zaman (ayat 24) dan
bahwa permintaan Yesus akan dikabulkan Allah (ayat 22). Namun,
iman Marta tetap tidak jelas sebab kata “minta” yang dipakainya
sama dengan kata yang dipakai secara umum untuk doa orang banyak,
bukan kata “doa” yang dipakai Yesus dalam doa-Nya. Meski
demikian, ada iman sejati dalam mereka. Yesus memimpin mereka
agar memahami bahwa Ia sendirilah kebangkitan dan hidup. Ia tidak
saja berbicara bahwa Ia bisa membangkitkan orang mati atau
tentang kebangkitan di akhir zaman. Ia menyatakan diri-Nya
sebagai pembangkit rohani dan jasmani, kini dan kelak.


Di depan kubur Lazarus, Yesus menjadi masygul. Arti kata itu secara
harfiah dalam Yunaninya adalah marah. Jadi, Yesus bukan sekadar
sedih seperti manusia biasa. Memang ia menangis sebab ia
bersimpati dengan kesedihan Marta dan Maria. Tetapi, mengingat
pusat perhatian kisah ini adalah pada hidup, arti paling tepat
adalah Yesus marah terhadap “maut”, musuh hidup yang terdahsyat.
Itu sebabnya Yesus marah karena maut telah mencengkeram Lazarus.
Ia pun bersedih bersama mereka yang menangis karena kasih-Nya.
Yang Yesus buat kemudian adalah puncak dari mukjizat-mukjizat-
Nya. Dengan firman-Nya, Yesus bukan saja menghidupkan Lazarus,
namun juga memulihkan jasad yang busuk itu. Ini menyatakan bahwa
Ia tidak sekadar berbuat mukjizat. Ia menciptakan yang baru dari
hidup yang sudah tiada.


Renungkan: Bila firman sang kebangkitan telah berseru ke dalam hidup kita,
tiada lagi tanda-tanda kematian mampu bertahan dalam kita.


Bacaan untuk Minggu Sengsara 4


Yosua 5:9-12


II Korintus 5:16-21


Lukas 15:11-32


Mazmur 34:1-8


Lagu:


Kidung Jemaat 367

Scripture Union Indonesia © 2017.