Mukjizat terakhir.

Yohanes 11:1-16
Minggu Sengsara 3

Kisah pembangkitan Lazarus dari kematian ini berkaitan erat
dengan maksud Yohanes untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus
sungguh adalah Tuhan dan Juruselamat, dan di dalam Dia orang
beroleh hidup. Sayangnya kebanyakan pendengar-Nya bukan menjadi
percaya, malah makin menolak Dia. Ironis sekali bahwa justru di
puncak penyataan bahwa Yesus adalah sang Kebangkitan dan Hidup,
dan bahwa Dia datang untuk memberi hidup, orang-orang berespons
dengan niat untuk mematikan Dia. Sesudah peristiwa ini, tidak
lagi ada kesaksian dan perbuatan dari pihak Yesus tentang diri-
Nya untuk orang banyak. Sebaliknya, sesudah ini, kesaksian
tentang ke-Allah-an Yesus datang dari pihak yang beriman dan
mengasihi Dia. Dari Maria yang mengurapi kaki Yesus (ayat 12:1-
8), sambutan publik atas Yesus sebagai raja (ayat 12:12-15),
kesaksian Yesus beralih ke soal kematian-Nya (ayat 12:20-26) dan
kesaksian yang datang dari Bapa untuk Yesus (ayat 12:27-28).


Pertama, kita belajar di sini tentang sikap benar orang percaya dalam
menaikkan permohonan. Seperti permintaan Maria ibu Yesus dalam
peristiwa mukjizat pertama (ps. 2), di sini pun Maria dan Marta
saudara Lazarus tidak memaksa atau mendikte Yesus. Orang beriman
sejati tahu menempatkan Allah sebagai yang berwibawa untuk
mengatur segala kebutuhan mereka. Kedua, seperti dalam peristiwa
pencelikan orang buta, dalam kisah ini pun kematian Lazarus
adalah jalan agar kemuliaan Allah dinyatakan. Diperlukan kematian
agar kuasa kemenangan kehidupan nyata kekuatannya mengalahkan
kematian. Pada puncaknya kelak, bahkan Yesus sendiri perlu
mengalami kematian agar kuasa kemuliaan-Nya yang menghidupkan
dapat menjadi nyata, tidak saja di dalam kebangkitan-Nya, tetapi
juga di dalam kebangkitan rohani dan kebangkitan jasmani orang
percaya kelak. Ketiga, Yesus sungguh adalah Gembala baik yang
datang untuk memberi hidup bagi para domba-Nya, meski dengan cara
yang membahayakan hidup-Nya sendiri. Meski Tomas menyuarakan hal
ini dari pertimbangannya yang menunjukkan kesetiaan, tetapi benar
bahwa untuk menghidupkan Lazarus, Yesus tidak segan merisikokan
hidup-Nya sendiri.


Renungkan: Apabila Yesus bersedia mengorbankan apa saja dalam diri-Nya demi
membagi hidup-Nya untuk Anda, adakah masalah Anda yang tidak
ingin ditolong-Nya?

Scripture Union Indonesia © 2017.