Kesatuan dan kekuatan.

1Tawarikh 12:23-40
Minggu Epifania 4

Kesatuan dan kekuatan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan suatu
bangsa. Kesatuan memberikan kekuatan dalam arti semangat dan arah
perjuangan yang terpadu. Di sini kita berbicara tentang kekuatan
dalam arti moril dan spiritual. Kekuatan demikian menjadi dasar
bagi kekuatan dalam arti yang lebih terukur seperti kekuatan
militer dan sejenisnya. Sebaliknya, kekuatan dalam arti kedua ini
juga diperlukan oleh kesatuan untuk menjaga agar kesatuan
terpelihara dari rongrongan dan ancaman yang berasal baik dari
dalam maupun dari luar.


Pasal sebelum ini menyaksikan bagaimana Tuhan menyertai kepemimpinan
Daud. Bertahap tetapi pasti, kesatuan dan kekuatan Israel
mengambil wujudnya secara jelas. Mulai dari [1] Pengakuan para
tua-tua umat di Hebron (ayat 11:1-3), [2] Dukungan para suku di
Ziklag (ayat 12:1-7), [3] Dukungan para suku dan pahlawan di kubu
Daud (ayat 12:8-15), [4] Dukungan para suku dan pahlawan di kubu
Daud (ayat 16-19), [5] Dukungan para suku kembali di Ziklag (ayat
12:19-22), [6] Sampai puncaknya dukungan para suku dengan
mengurapi Daud di Hebron (ayat 12:23-40). Jelas dari sini terlihat
susunan naratif yang dibuat paralel oleh penulis sedemikian rupa
sehingga terlihat pasangan dalam perkembangan kepemimpinan Daud
itu (ayat 1 dan 6, 2 dan 5, 3 dan 4). Perkembangannya jelas, apa
yang Tuhan mulai dengan menyampaikan firman kepada para pimpinan
suku akhirnya memuncak dalam pengurapan Daud menjadi raja oleh
para suku.


Dalam daftar ini terlihat 3 unsur yang melengkapi semua dukungan yang
sudah Daud terima. Pertama, suku Lewi. Kelak kita akan membaca
bahwa mereka menduduki tempat penting sebab fungsi mereka melayani
Allah di tengah umat. Kedua, daftar kekuatan militer yang
bergabung di bawah kepemimpinan Daud. Ketiga, dukungan dari orang-orang
berhikmat dari suku Isakhar. Dengan bagian ini lengkaplah
kewibawaan Daud sebagai raja. Allah mengangkatnya, rakyat
mendukungnya, para pahlawan dan cerdik pandai mendampinginya, para
pemimpin suku menyatakan kesetiaannya, kekuatan tentara terbentuk,
dan Allah mengurapinya.


Renungkan: Tidakkah prinsip dan model demikian bukan saja diperlukan oleh
Israel yang sedang membangun ulang sesudah balik dari pembuangan,
tetapi juga oleh kita, sebagai bangsa atau Gereja?

Scripture Union Indonesia © 2017.