Allah yang memberi keadilan di bumi.

Mazmur 58
Minggu ke-17 sesudah Pentakosta

Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah,
namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari
sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.


Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan
kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak
ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima
gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan
penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam,
atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu
mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Kel.
22:28. Dalam hal ini para penguasa berarti mereka yang
kedudukannya sama tinggi dengan Allah dan melaksanakan hak
menghakimi. Dan pemazmur sedang menelanjangi segala perbuatan
mereka (ayat 4-6).


Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para
penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar
mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka
bumi (ayat 8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang
sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan
kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah
mengental di dalam diri mereka (ayat 8b, 9a). Ketiga, pemazmur
menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu
penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah
ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat 9b, 10). Di penghujung
mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang
ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan
dilenyapkan oleh Allah (ayat 12).


Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua
manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili
dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa
pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11).


Renungkan:
Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan
yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda
untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali
bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim
Semesta Alam yang Maha Adil.

Scripture Union Indonesia © 2017.