Biarkan aku berdiam diri seperti merpati.

Mazmur 56
Minggu ke-17 sesudah Pentakosta

Keterangan pembuka syair ini memberi petunjuk tentang latar
belakang masa kembara Daud di Gat, ketika ia merasa sangat takut
kepada Akhis, raja kota Gat (ayat 1Sam. 21:13; 22:1). Isi curahan
hati Daud kepada Allah ini disusun menjadi dua bagian besar, yakni
sebait pengulangan (ayat 5, 11, 12) dan sebuah konklusi ringkas
(ayat 13, 14).


Ketika pemazmur mengadu kepada Tuhan terlihat bahwa Allah berada di
antara orang-orang yang tertindas dan orang-orang yang menghimpit
dia dengan segala keangkuhan mereka (ayat 2, 3). Pemazmur
mengalami dilema jiwa yang tercetus seolah bertentangan di dalam
pernyataan: aku takut...aku tidak takut (ayat 4, 5, 12). Namun
pergumulan sukma ini diatasi dengan kesadaran bahwa firman Allah
tidak pernah gagal. Di dalam himpitan para musuhnya Daud memohon
agar murka Allah yang adil itu meruntuhkan cemooh keangkuhan serta
perilaku kesombongan orang Filistin (ayat 6-8). Di dalam
penantiannya akan intervensi Allah, Daud bersikap seperti merpati
yang jinak. Di tengah penganiayaan Saul, ia berdiam diri dan tetap
sabar. Ia percaya bahwa Allah mengenal segala jalan yang menimpa
kehidupannya (ayat 9).


Setelah pemazmur dengan leluasa menyatakan isi batinnya, kini benak
Daud meluap dengan ucapan syukur karena kebaikan Tuhan. Ia ingat
akan nazarnya, bahkan lebih dari itu ia boleh berjalan di hadapan
Allah dalam cahaya kehidupan (ayat 13, 14).


Sama seperti merpati jinak (ayat 1) yang mengumpulkan kekuatan di
dalam ketenangan jiwa, orang beriman pun dapat menyediakan diri
untuk menulis atau melantunkan sebuah ode sakral. Sepanjang
perjalanan hidup yang penuh dengan nuansa kejadian, kita
membutuhkan belas kasihan Allah. Bila kita menyetujui hal ini,
kita harus menaruh harapan kita hanya di atas pundak-Nya yang
memberi proteksi penuh kepada kita. Kekuatan dalam kegalauan kita
dapatkan dalam ketenangan diri bersama-Nya.


Renungkan:
Wahai saudara, pernahkah kita membiarkan diri kita berdiam diri
seperti merpati tatkala kita dikejar-kejar oleh musuh yang
melontarkan fitnah, perseteruan, ancaman, dan amarah walaupun kita
tidak bersalah? Apakah langkah pertama kita mengadu adalah berlari
kepada atasan, aparat keamanan, dan lembaga pengadilan? Cobalah
berdiam diri sambil menghayati sebuah pujian, mazmur, atau firman-
Nya.

Scripture Union Indonesia © 2017.