Setiap orang menerima balasan yang adil menurut kelakuannya.

Yehezkiel 18:1-20
Minggu ke-12 sesudah Pentakosta

Perikop ini memuat apologetik Yehezkiel atas opini yang
dilontarkan oleh teman-teman sebayanya. Teman-temannya
mengemukakan bahwa mereka sedang dihukum, karena dosa-dosa dari
generasi-generasi terdahulu. Yehezkiel menjelaskan bahwa Allah
tidak bekerja seperti itu, Allah menganggap tiap orang
bertanggungjawab atas setiap perbuatannya dan membalaskan setimpal
dengan perbuatannya.


Ajaran Yehezkiel ini memiliki banyak dimensi. Setiap seginya harus
ditinjau bersama-sama supaya bisa dipahami secara utuh. Jika azas
ini dipisahkan dari konteksnya, dapat membawa orang kepada
pemikiran bahwa keadaan seseorang mencerminkan hukuman Allah
terhadapnya, sehingga kemalangan akan diartikan sebagai akibat
dari dosa dan kemujuran sebagai hasil dari kebenaran.


Dengan contoh yang gamblang, Yehezkiel menggambarkan keadaan dari
tiga keturunan ketika menjelaskan dalil ajarannya. Keturunan
pertama adalah seorang yang benar, yang bertekun di dalam keadilan
dan kebenaran (ayat 5-9). Keturunan kedua berkelakuan jahat (ayat
10-13). Keturunan ketiga menolak kejahatan bapaknya (ayat 14-17).
Konklusi dari perikop ini terdapat di dalam ayat 20 yang
menegaskan bahwa setiap orang menerima balasan yang adil menurut
kelakuannya.


Firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa hukum tabur tuai tetap
berlaku di level ekonomi, kedudukan, dan ras mana pun kita berada.
Dengan nada yang sama Rasul Paulus di Perjanjian Baru menyerukan:
"Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan.
Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya."
(Gal. 6:7). Setiap perbuatan, baik kecil maupun besar, harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, karena tidak ada yang
tersembunyi bagi-Nya.


Renungkan:
Allah adalah pemilik jiwa setiap orang, Dia adalah Allah yang
senantiasa berbuat adil. Allah memperlakukan setiap orang menurut
barometer-Nya yang paling akurat. Dia tidak mengizinkan dosa
pendahulu ditanggung oleh kita, begitu pula sebaliknya. Di
hadapan-Nya tidak berlaku surat atau tiket penghapus dosa. Di
takhta pengadilan-Nya hanya ada loket imbalan atas karya setiap
orang, sesuai dengan apa yang ditaburnya. Hai Kristen yang sudah
menerima karya Domba Allah, apakah masih merasa menanggung beban
menjadi tumbal kesalahan orang lain?

Scripture Union Indonesia © 2017.