Mengikis iri hati.

Mazmur 37:1-11
Minggu ke-9 sesudah Pentakosta

Iri hati! Inilah suatu kata yang enggan kita akui, namun
memiliki daya yang mempengaruhi panorama hari-hari kita. Kita
perlu selalu mewaspadainya, karena walaupun ia muncul dengan cara
yang terselip dan merayap perlahan, namun dengan cepat ia akan
menyergap serta menjebak kita ke dalam berbagai persaingan,
ketidakpuasan, dan kemarahan.


Hal seperti inilah yang menjadi sorotan Daud. Ia dengan sangat
memperingatkan agar kita menghindari kemarahan dan panas hati yang
disebabkan oleh perasaan iri hati terhadap mereka yang berbuat
jahat, curang, dan melakukan tipu daya, namun berhasil dalam
hidupnya (ayat 17). Kemarahan dan panas hati yang tidak terkendali
sangat merugikan dan berbahaya karena akan menggiring seseorang
pada kejahatan demi pemuasan kemarahannya (ayat 8).


Bukankah sesuatu yang menakjubkan jikalau kita menjadi iri hati
bahkan terhadap mereka yang memperoleh keuntungan dengan cara yang
fasik? Daud di dalam hikmatnya menyoroti perasaan ini sebagai
gambaran dari orientasi hidup yang menyimpang dari Tuhan, dan
untuk mengikisnya ia mengajak kita untuk: [1] menatap ke depan dan
melihat akhir hidup mereka (ayat 2, 10); serta [2] memusatkan
orientasi hidup kepada Tuhan, percaya kepada-Nya (ayat 3),
bergembira karena-Nya (ayat 4), menyerahkan hidup kepada-Nya (ayat
5), dan berdiam diri serta menantikan-Nya (ayat 7). Maka Ia akan
bertindak, memberikan apa yang kita inginkan (ayat 4, 5), dan
memunculkan kebenaran serta hak kita (ayat 6), sehingga kita dapat
menikmati kegembiraan dan kesejahteraan yang berlimpah-limpah
(ayat 11).


Renungkan:
Mata yang penuh iri hati terjebak oleh keberhasilan orang lain,
sedangkan pandangan mata yang terpusat kepada Allah akan mengikis
keirihatian. Apa sebenarnya yang menjadi orientasi hidup Anda?


Bacaan untuk Minggu Ke-9 sesudah Pentakosta


Yeremia 23:1-6


Efesus 2:11-18


Markus 6:30-34


Mazmur 23


Lagu: Kidung Jemaat 436


PA 5 Mazmur 36


Mazmur ini memaparkan sebuah kontras antara orang fasik dengan
kasih setia Tuhan. Kontras ini bertujuan membawa kita pada
pemahaman akan kasih setia Tuhan bagi umat-Nya di tengah-tengah
kejahatan manusia. Pemazmur menyusun perenungannya dengan empat
elemen: [1] Penjabaran tentang kebiasaan hidup orang fasik (ayat
2-5); [2] Perenungan tentang kasih setia Tuhan (ayat 6-10); [3]
Doa permohonan akan kasih setia Tuhan (ayat 11); dan [4] Doa
permohonan untuk perlindungan dari yang jahat (ayat 12-13).


Pertanyaan-pertanyaan pengarah:


1. Dimanakah letak sumber kesalahan orang fasik (ayat 2a)? Tiga
akar kesalahan apakah yang ada di balik kebiasaan dan tekad orang
fasik sehingga mereka tidak dapat lagi mengenali, membenci,
ataupun berhenti dari kesalahannya (ayat 2-3)? Hal-hal apa saja
yang dicemari oleh kondisi hatinya dan bagaimana mereka
mewujudkannya (ayat 4-5)?


2. Pada bagian yang kedua pemazmur mengajak kita merenungkan
kebesaran Tuhan (ayat 6, 7) dan ketergantungan manusia kepada-Nya
(ayat 8-10). Bagaimanakah pemazmur menggambarkan kebesaran serta
luasnya jangkauan kasih setia Tuhan (ayat 6)? Setinggi, sedalam,
sekokoh, dan sedasyat apakah keadilan dan hukum-Nya digambarkan
(ayat 7)? Apakah peranan kasih setia Tuhan terhadap ciptaan-Nya
(ayat 7-9)?


3. Pada bagian ini Pemazmur mencetuskan pujian yang sangat indah
(ayat 10). Puji-pujian ini merupakan intisari pengakuan umat
percaya yang melandasi pemahaman bahwa kita hanya dapat hidup
sepenuhnya jika Tuhan menerangi dan menjadi terang bagi kita.
Mengapa manusia perlu bergantung sepenuhnya kepada Allah?


4. Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa; Tuhan tidak
berhenti memberikan serta memenuhi bumi dengan kasih setia-Nya
walaupun dunia ini dipenuhi dengan kejahatan. Bagaimana kesadaran
ini mempengaruhi dan mengubah cara pandang pemazmur? Bagaimana ia
berespons(ayat 11)? Bagaimanakah pemazmur mengungkapkan
keyakinannya atas akhir hidup orang fasik (ayat 13)?


5. Bagaimanakah perspektif tentang kasih setia Tuhan mengubah cara
pandang kita tentang dunia? Bagaimana seharusnya kita berespons?

Scripture Union Indonesia © 2017.