Bukan sekadar perjamuan kawin.

Matius 22:1-14
Minggu sengsara 1

Sebagian besar orang akan merasa terhormat dan tidak
akan melewatkan kesempatan berharga bila termasuk tamu
undangan suatu perjamuan besar yang diadakan tokoh
besar, apalagi bila perjamuan tersebut diadakan oleh
seorang raja bagi pernikahan anaknya. Tetapi hal ini
tidak terjadi dalam perumpamaan yang kita baca hari
ini. Apa saja keanehan yang terjadi?


Dapat dikatakan bahwa respons para tamu undangan benar-benar
mengecewakan raja, walaupun raja mengundangnya beberapa
kali dengan suguhan yang menggiurkan (3-4). Tak
terpikir oleh kita bagaimana mungkin orang-orang tidak
mengindahkan undangan raja yang biasanya dipadati para
pengunjung dari segala pelosok, yang ingin menyaksikan
betapa meriah, kemilau, dan sesuatu yang lain dari pada
pesta biasa. Betapa mengherankan respons tidak
mengindahkan mereka hanya karena bisnis dan aktivitas
sehari-hari mereka, sampai mereka bertindak kejam dan
sadis untuk menggagalkan segala rencana raja (5-6). Hal
ini menunjukkan betapa degilnya hati manusia, karena
tidak seorang pun mencari Allah, bahkan undangan Allah
yang telah berinisiatif mencari manusia pun, ditolak
oleh manusia. Namun kita lihat akhirnya betapa fatalnya
keadaan orang yang tidak membuka sedikit pun hatinya
bagi undangan Allah (7). Undangan-Nya berkali-kali
didengungkan tetapi memiliki batas waktu yang tidak
mungkin ditawar manusia, hanya Dia yang tahu kapan saat
berakhirnya undangan tersebut.


Ketidakhadiran para tamu undangan tidak menyebabkan
kegagalan pesta tersebut, karena raja mengundang orang-
orang yang dianggap tidak layak oleh manusia tetapi
dilayakkan hadir oleh raja (9-10). Namun bagi mereka
pun tetap ada persiapan untuk menghadiri pesta raja (11-
12), apa artinya? Mereka pun harus mempersiapkan diri
untuk menghadiri perjamuan tersebut, dengan pakaian
yang layak. Hal ini mencerminkan bagaimana respons kita
terhadap undangan-Nya. Ketika kita menyambut undangan-
Nya, maka kita pun harus membayar harga, berani
meninggalkan gaya hidup lama yang bersifat duniawi dan
mengenakan manusia baru.


Renungkan:
Hal duniawi apakah yang selama ini telah menghalangi
respons kita terhadap undangan Allah yang bukan sekadar
perjamuan kawin, tetapi perjamuan sukacita surgawi yang
bersifat kekal?

Scripture Union Indonesia © 2017.