Kasih mengubah status.

1Yohanes 2:28-3:10
Minggu Advent 1

Seorang pemuda berkenalan dengan seorang wanita tunasusila,
selanjutnya meminangnya sebagai istri. Pemuda ini sangat
mengasihi wanita ini, namun wanita ini tidak. Ia bersedia menjadi
istri sang pemuda karena ia menikmati segala perhatian dan
pemberian sang pemuda. Ia tidak menyadari bahwa kemurnian hati
dan ketulusan kasih sang pemuda yang telah mengangkat statusnya
dari wanita tunasusila menjadi wanita baik-baik sebagai kasih
yang amat bernilai dalam hidupnya, jauh melebihi segala benda
pemberian sang pemuda. Wanita ini memang sudah berubah status,
namun hidupnya tidak berubah. Ketika pemberian sang pemuda tidak
lagi seperti yang diharapkan, ia kembali menjadi wanita
tunasusila. Perubahan status yang dialami bukan karena kasih sang
pemuda, tetapi pemberian sang pemuda.


Perubahan status menjadi anak-anak Allah sama sekali bukan karena
kebaikan, kesetiaan, kemampuan, kesalehan, dan kelebihan kita;
semata adalah kasih karunia-Nya. Kita yang berdosa sebenarnya tak
layak menerima kasih-Nya yang sedemikian besar, namun dalam
ketidaklayakkan itulah Ia mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya.
Apakah perubahan status ini pun mengubah kasih kita kepada Tuhan,
dulu mengasihi dunia dan diri sendiri kini mengasihi Dia? Bisa ya
bisa juga tidak! Ada yang sungguh-sungguh berubah mengasihi Dia,
namun ada juga yang tidak menunjukkan perubahan: dulu berfokus
pada diri sendiri, sering berdusta, suka memfitnah, berfoya-foya,
tidak suka firman Tuhan, tidak bersikap adil, tidak tegas pada
dosa, dll; sekarang pun masih tetap sama. Mengapa demikian?
Seperti ilustrasi di atas, perubahan status yang hanya melekat
kepada pemberian dan berkat tidak akan mengubah hidup kita.
Sebaliknya perubahan status yang dialami karena Allah sendiri
yang telah menganugerahkan kasih-Nya akan mengubah hidup. Status
menjadi anak Allah jauh melebihi berkat-berkat lain, maka dalam
hidup kita sekali-kali tak akan kembali melakukan perbuatan yang
tidak berkenan kepada-Nya, karena tujuan hidup kita adalah untuk
menyenangkan hati Yesus Kristus yang telah mati bagi kita.


Renungkan:
Pengakuan sebagai anak-anak Allah membutuhkan bukti dari hidup
seorang Kristen, sungguhkah ia hidup untuk mengasihi Allah yang
terwujud konkrit dalam kasihnya kepada sesama. Di dalam dirinya
terpancar kebenaran dan kasih Allah karena ia berasal dari Allah.

Scripture Union Indonesia © 2017.