Seorang anak berusia 7 tahun marah kepada ayahnya, karena ia
dilarang bermain kembang api. Padahal beberapa malam sebelumnya
ayahnya justru mengajak anaknya bermain kembang api. Maka dengan
marah ia berkata: 'Kalau ayah yang mengajak boleh tapi kalau aku
tidak boleh. Ayah curang, ayah egois'. Benarkah sang ayah curang
dan egois? Tidak! Namun anak itu tidak mempunyai kemampuan,
pengetahuan, dan hikmat seperti sang ayah. Ia ingin bermain pada
jam 9 malam dan saat itu hujan turun rintik-rintik.
Kisah di atas bisa dikatakan sebagai 'pelakonan' dalam bentuk yang
paling sederhana dari Amsal kita hari ini. Amsal menyatakan Allah
adalah penentu tunggal bagi segala sesuatu. Hasil pertimbangan
manusia asalnya dari Allah (1). Bersih tidaknya perbuatan
seseorang, Tuhan yang memiliki standar (2). Sukses atau tidaknya
seseorang dalam kehidupan tergantung pada diikutsertakannya Tuhan
atau tidak dalam kehidupan itu (3). Untuk segala sesuatu Tuhan
sudah menentukan tujuannya (4). Berkenan kepada-Nya adalah kunci
kehidupan yang dilindungi Allah walau harus menghadapi berbagai
tantangan (7). Bahkan rencana dan strategi manusia nampaknya
percuma, karena pada akhirnya Tuhanlah yang menentukan arah
langkahnya (9).
Adakah Allah `curang' dan egois? Sama sekali tidak!
Sebab Allah selalu mendasari segala perbuatannya berdasarkan
kasih dan kesetiaan, karena itu orang yang bersalah diampuni (6),
arah langkah manusia ditentukan-Nya agar tidak tersesat (8). Jika
Allah adalah tolok ukur bagi segala sesuatu yang kudus, ini
disebabkan hanya di dalam diri-Nyalah terdapat kebenaran,
kebaikan dan kekudusan (11). Karena itu Ia sangat membenci dan
tidak bisa melihat kecongkakan (5), kejahatan (6), kebohongan
(13), sebaliknya berpihak serta membela orang yang benar (7, 12).
Jadi Allah dengan segala kemahakuasaan-Nya mengatur dan
mengarahkan hidup manusia demi kebaikan hidup manusia (17).
Renungkan:
Karena itulah yang harus diutamakan manusia dalam kehidupannya
adalah menuntut kehidupan yang seturut kehendak-Nya bukan
kesuksesan hidup (8). Dan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya,
manusia memerlukan hikmat dan pengertian. Mengertikah Anda
sekarang, mengapa hikmat dan pengertian nilainya jauh melebihi
emas dan perak ?
Adakah Allah `curang' dan egois? Sama sekali tidak! Sebab Allah selalu mendasari segala perbuatannya berdasarkan kasih dan kesetiaan, karena itu orang yang bersalah diampuni (6), arah langkah manusia ditentukan-Nya agar tidak tersesat (8). Jika Allah adalah tolok ukur bagi segala sesuatu yang kudus, ini disebabkan hanya di dalam diri-Nyalah terdapat kebenaran, kebaikan dan kekudusan (11). Karena itu Ia sangat membenci dan tidak bisa melihat kecongkakan (5), kejahatan (6), kebohongan (13), sebaliknya berpihak serta membela orang yang benar (7, 12). Jadi Allah dengan segala kemahakuasaan-Nya mengatur dan mengarahkan hidup manusia demi kebaikan hidup manusia (17).
Renungkan: Karena itulah yang harus diutamakan manusia dalam kehidupannya adalah menuntut kehidupan yang seturut kehendak-Nya bukan kesuksesan hidup (8). Dan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, manusia memerlukan hikmat dan pengertian. Mengertikah Anda sekarang, mengapa hikmat dan pengertian nilainya jauh melebihi emas dan perak ?
", "http://www.su-indonesia.org/images/santapanHarian/1092-t.jpg", 520, 350)'>